diekz's Blog

Politik

SBY DAN PEMBERANTASAN KORUPSI

Didiek S. Hargono

 

 ”Sediakan 100 peti mati untuk menghukum mati koruptor dan sisakan untuk saya satu peti mati jika saya terlibat”

Presiden Cina – Hu Jintao

Ucapan heroik tersebut diikrarkan oleh Presiden China pada saat pelantikannya, dan bukan hanya sekedar pepesan kosong. Tak lama berselang, seorang Kapolda di Chengdu yang bernama Wen Qiang menjalani hukuman mati di Lapangan – Tiananmen, karena terlibat korupsi. Prosesnya begitu cepat, bahkan Wen Qiang sendiri bingung mengapa proses pengadilannya begitu cepat. Yang hebatnya lagi, keluarga Wen Qiang bahkan diharuskan membayar biaya untuk satu peluru yang dipakai untuk prosesi hukuman tembaknya. Setelah itu telah menunggu 3000 pebisnis lainnya yang terlibat  dalam perkara korupsi. Korupsi menjadi hal yang ditakuti di Cina, dan hasilnya Cina bisa lebih makmur saat ini.

Bagaimana dengan Indonesia?

Pada malam menjelang Hari Antikorupsi tanggal 9 Desember 2009, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pidato. Dalam pidatonya di Istana Negara itu, SBY pernah merasa dihadang oleh kelompok tertentu di awal-awal bergulirnya program pemberantasan korupsi ini yang meminta dirinya menjauh saja dari agenda pemberantasan korupsi.

“Kelompok-kelompok itu meminta saya melakukan moratorium pemberantasan korupsi. Dengan tegas saya bilang tidak. Indonesia yang kaya raya tidak akan pernah menghadirkan kesejahteraan yang benar-benar adil bagi seluruh rakyat jika korupsi masih diberi toleransi untuk eksis. Kekayaan alam bumi Indonesia akan sia-sia. Tidak bisa dinikmati dan menyejahterakan rakyat Indonesia secara merata.”

Ada banyak ungkapan dan janji “heroic” yang diucapkan oleh SBY pada hari itu sebagai ungkapannya melawan korupsi, diantaranya :

“Fenomena corruptors fight back atau serangan balik para pelaku koruptor pastilah akan terjadi. Namun kita harus terus melangkah tegap dengan derap mantap maju ke depan melawan serangan-serangan balik demikian itu. ‘

“Karenanya, saya tetap akan berjuang dan akan terus menyerukan Indonesia sebagai wilayah zero tolerance to corruption. Tidak ada toleransi terhadap korupsi di bumi Indonesia.”

“Kelompok-kelompok yang selama ini diuntungkan dengan iklim dan kehidupan bernegara yang koruptif pasti tidak akan tinggal diam. Mereka akan terus berupaya dengan berbagai cara untuk menghentikan upaya kita membersihkan Indonesia dari Korupsi. Terhadap kelompok demikian pun, kita tidak akan tinggal diam ataupun memberikan toleransi”.

Quote SBY yang terkenal dan bahkan sering menjadi ejekan berbagai pihak adalah pernyataannya yang akan memimpin di garda terdepan dalam pemberantasan korupsi.

“Sebagai kepala Negara dan kepala pemerintahan, saya akan terus berjuang di garis paling depan, bersama-sama semua elemen pemberantasan korupsi untuk memimpin jihad melawan korupsi.

(Pidato Hari Antikorupsi – SBY: Saya Pernah Dihadang. Selasa, 8 Desember 2009, http://www.antikorupsi.org).

Tidak hanya pada tahun itu saja, pada tahun berikutnya 2010,SBY kembali mengungkapkan perangnya terhadap korupsi  pada acara peringatan hari Anti Korupsi Sedunia, sebagai berikut :

“Ada satu pesan khusu yang ingin saya kedepankan dalam forum ini. Hari ini tanggal 9 Desember 2010 merupakan hari yang bertepatan juga dengan Hari Anti Korupsi  Sedunia, ujarnya, sebelum membuka BDF ketiga tersebut. Dikatakan Presiden, demokrasi yang mensejahterakan rakyat, yang ingin dituju bersama, pastilah tidak akan membuka ruang sedikitpun bagi praktik-praktik korupsi yang menyengsarakan rakyat semuanya.  Pada bagian lain pidatonya, Presiden menyoroti reformasi arsitektur keuangan dan ekonomi global yang demokratis untuk memastikan pertumbuhan ekonomi global yang kuat, seimbang, dan berkelanjutan.

(Pidato Presiden SBY Memperingati Hari Antikorupsi Sedunia – www.forumkami.net/berita/ )

Tetapi ternyata langkah nyata yang dilakukan pemerintah berbeda dengan China, lamban sekali dan tidak tuntas. Kasus Gayus yang melibatkan puluhan perusahaan dalam kasus pajak tidak bergeming. Kasus Cek Pelawat yang melibatkan Nunun Nurbaeti pun ngambang…..

Kasus korupsi Century yang menghebohkan jagad Indonesia hingga kini nyaris tak terdengar. Kasus korupsi yang melibatkan petinggi partai Demokrat tak kunjung selesai.

Banyak sekali hal yang memerlukan ketegasan sang Presiden, ternyata tidak ditanggapi dengan baik. Akibatnya adalah Indonesia tetap mendapatkan “anugerah” menjadi Negara Terkorup Se Asia Pasifik tahun 2010 versi survey PERC (Political and Economic Risk Consultancy) – Hongkong pada senin, 8 maret 2010 (www.nusantaranews.wordpress.com). Indonesia memperoleh nilai 9.07 dari skala nilai 1-10. Urutannya adalah sebagai berikut : Indonesia, Kamboja, Vietnam, Filipina, Thailand, India, China, Taiwan, Korea, Macau, Malaysia, Jepang, Amerika, Hongkong, Australia, Singapura. Bahkan jika kita lihat prestasi Indonesia tetap tidak beranjak dari negara terkorup Pada tahun 2008 Indonesia memperoleh nilai 7.98 sehingga menempati urutan ketiga setelah Filipina (9.0) dan Thailand (8.0). Pada tahun 2009 nilai memburuk menjadi 8.32 dan menempati negara paling korup di Asia Pasifik, menyusul Thailand (7.63), Kamboja (7.25), India (7.21), Vietnam (7.11) dan Filipina (7.0). Sedangkan Negara terbersih adalah Singapura (1.07), diikuti oleh Hongkong (1.89), Australia (2.4), dan Amerika (2.89).

Nah bagaimana dengan jargon pemberantasan korupsi SBY yang semangat sekali saat diikrarkan di depan public? Akibatnya popularitas Presidenpun akhirnya menurun di bawah 50% menurut survey LSI tahun 2011.

Sumber : Transparensi International 

Catatan :

Semenjak tahun 1995 Transparensi International telah menerbitkan Indeks Persepsi Korupsi (IPK) atau Corruption Perception Index (CPI) setiap tahun yang mengurutkan negara-negara di dunia berdasarkan persepsi (anggapan) publik terhadap korupsi di jabatan publik dan politis. Skalanya 0 -10 dimana semakin tinggi angka semakin sedikit tingkat korupsi.

TI adalah sebuah organisasi internasional yang bertujuan memerangi korupsi politik, didirikan di Jerman dan mengeluarkan Laporan Korupsi Global. Peringkat korupsi Indonesia berdasarkan laporan Transparansi Internasional sejak 1998-2004. Indonesia selalu berada dalam peringkat sepuluh besar negara terkorup di dunia.

Berikut data-data yang dapat dikumpulkan…..

1998 –  (peringkat 6 terkorup dari 85 negara),

1999 –  (peringkat 3 terkorup dari 98 negara),

2000 – (peringkat 5 terkorup dari 90 negara),

2001- (peringkat 4 terkorup dari 91 negara), indeks persepsi korupsi (CPI)  1.9

2002- (peringkat 6 terkorup dari 102 negara), CPI  =  1.9

2003- (peringkat 6 terkorup dari 133 negara), CPI  =  1.9

2004 (peringkat 5 terkorup dari 146 negara),  CPI   =  2.0

2005 (peringkat 6 terkorup dari 159 negara),  CPI   = 2.2

2006 (peringkat ke-7  130 dari 163 negara),    CPI    = 2.4

2007 (peringkat ke-145 dari 180 negara),        CPI     = 2.3

2008 (peringkat ke-3 terkorup dari 133 negara), CPI =  2.6

2009 (peringkat 111 dari 180 negara),  CPI = 2.8

2010 (peringkat 110 dari 178 negara), CPI  =  2.8

2011 (peringkat 126 dari 180 negara), CPI  =  3.0

Tinggalkan sebuah Komentar »

Tinggalkan komentar

About author

Ir. Didiek Setiabudi Hargono SE. ME. adalah Sarjana Kehutanan IPB dan Sarjana Ekonomi UI. Menyelesaikan Magister Ekonomi dari Fakultas Ekonomi UI. Saat ini bekerja di Yayasan Kebun Raya Indonesia yang didirikan oleh Megawati Sukarnoputri sebagai Direktur Eksekutif dan aktif dalam organisasi politik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sebagai pengurus Bidang Kehutanan dan Perkebunan di bawah pimpinan DR. M. Prakosa PhD. Deklarator Cendekiawan Marhaenis dan Ikatan Cendekiawan Nasionalis Indonesia. Deklarator dan Wakil Sekjen pada Perhimpunan Nasionalis Indonesia (Pernasindo) yang didirikan oleh Kwik Kian Gie.

Cari

Navigasi

Kategori:

Links:

Archives:

Feeds